Jumat, 27 Januari 2012

"Ketika Halau Menepis"


Cerpen terpilih sebagai juara 4 lomba menulis cerpen online 
Pagi yang indah, hal itu yang selalu membuatku merasakan indahnya disetiap kepingan hari – hariku. Banyak hal yang membuatku semangat menjalani hari-hariku.
Terutama orang tua, bagiku dukungan dari orang tua adalah dorongan yang dahsyat, yang dapat membuat daya motifasiku membara. Namaku Melani syaifitry usiaku kini 17 tahun. Aku anak pertama dari  4 bersaudara.
Di sunyinya hari ini aku beranjak dari  tempat tidurku yang empuk dan mengakhiri mimpi gelapku untuk awal kehidupan yang nyata. Air yang dingin itu mulai kusiram secara perlahan dan kubiarkan diri ini kedinginan dalam tiap siramannya. Setelah selesai aku pun bergegas, serentak tak seperti biasanya aku melihat keluargaku yang seolah menunggu kehadiranku saja di hadapan meja makan yang telah terhidang. Dengan menu- menu makanan khas batak yang telah di sediakan Mama.
“Mama memang koki yang hebat  heheheh ……” ujarku memuji beliau.
Nah makanya…  kamu harus bisa donk seperti Mama “ujar Papa dengan irama meledek.
“Duhhh Papa bukannya aku gak mau seperti Mama, Papakan tau sendiri kalau minyak goreng
itu gak pernah mau bersahabat denganku.
Oh iya ya “(seolah Papa baru mengingat semua masa laluku yang kecil).
Kami pun kembali menyantap sarapan yang tadi sempat tersisihkan oleh pembicaraan aku dan Papa. Setelah selesai sarapan aku dan ketiga adikku menyalam tangan kedua orang tua kami dan bergegas pergi berangkat sekolah seperti biasanya. Dengan Honda bebekku aku pun mulai melaju kencang,
“a….a…a… kak pelan- pelan donk…” celetuk adikku dari kursi boncengannya.
Sesampainya di sekolah, aku dan adikku seolah menjadi sorotan utama  terlihat dari cara mereka melihat. Ada omongan – omongan kecil di bibir mereka yang seakan membicarakan ulahku dan adikku yang akrab. Dan tidak sedikit teman-temanku yang menitip salam dan surat kepada adikku. Tapi sayang adikku yang manis itu hanya berkata enteng kepada para penggemarnya itu “aduhhhh kamu ajah deh ya yang baca , aku males ngebaca yang kek begituan”.

Tak lama kemudian seorang Pemuda No 1 di sekolahku datang seraya berkata kepada adikku “pagi cantiiik…“ hufff  keningku mengerut 20 cm sesaat
. Ya aku sadar kalau Melda adikku jauh lebih manis dan populer di sekolahku dibandingkan dengan aku kakaknya sendiri.
Seperti biasanya aku selalu mengunjungi kelas adikku ketika jam istirahat seraya memberinya uang jajan yang telah dititipkan Papa kepadaku. Selalu dan selalu saja hal yang sama selalu terulang. Aku selalu di kata katai oleh adik kelasku sendiri. Karena aku jauh lebih baik dari adikku sendiri. Dan itu terbukti dari sekian banyaknya  orang yang suka dengan adikku, ya ku akui aku memang agak sombong. Tapi itu semua  ada sebabnya. Aku begini karen aku belajar dari pengalamanku yang pahit. Dulu sebelum aku duduk di kelas 3, aku pernah menjalin hubungan dengan kakak kelasku. Tapi sayang tujuannya memacari aku gak lebih ternyata hanya untuk bisa dekat dan bertemu dengan adikku Melda. Mulai saat itu aku bertekad dalam hatiku kalau aku. Akan tetap sombong kepada setiap Pria yang hendak berhubungan jauh dengan ku. Dalam artian lebih dari sebatas teman. Kendati itu terbukti, aku merasa jauh lebih baik dari sekarang.
Tak beberapa lama kemudian bel pertanda pulang sekolah pun berbunyi. Aku pergi meninggalkan kelasku dan seraya menyandang tas di bahuku.aku pun mulai menuju tempat parkiranku. Haaaa, dan seperti biasanya juga aku belum mendapati adikku yang manis itu. Hampir 2 jam aku menunggu di parkiran kendati aku belum juga melihat batang hidung adikku yang manis itu.  Tak beberapa lama kemudian dia pun hadir dengan langkah biasanya dan kata yang tak pernah kulupakan, “aduhh… kakak masih nunggu ??? kirain dah pulang tadi heheheh…
Dengan sinis aku pun menjawabnya “ya mana mungkinlah sayang kakak meninggalkan adik tersayang kakak ini pulang sendirian.
Sesampainya dirumah aku duduk diruang makan dengan suasana muka yang melelahkan.”kamu kenapa sayang” ujar Mama menghampiriku.
Mama … (aku pun memeluknya) “ itu tu.. anak Mama lagi lagi betingkah, masak aku nungguinnya di parkiran hampir 2 jam … capek dong Maa…” dengan nada yang lesu aku sedikit curhat dengan beliau.
Sudahlah sayang ,….. yaa mungkin saja Melda tadi lagi ada tugas tambahan ... hmm makanya dia agak telat menemuimu. kamu jangan sedih gitu yaa …“ dengan nada ikhlas Mama seolah membakkitkan aku dari kelelalahanku.

Keesokan harinya pun tiba, tepat pada tanggal 1 April aku pun berulang tahun. tapi sayang satu pun tidak ada yang peduli, bahkan Ibuku sendiri yang ku anggap jiwa peneduhku pun sama sekali melupakan moment itu. Ada rasa iba di hati ini. Meski  mencuat tiada arti. Kusimpan hal itu dalam-dalam meski perih terasa. Tapi ternyata hatiku seolah riang kembali seperti ada yang memberi obat penyejuk kembali setelah aku mendapati SMS dari teman kecilku dulu.

Ya dia Ikbal, sayang sewaktu kecil aku terpaksa pisah darinya, karena orang tuanya pindah tugas. Yang membuat aku dengannya harus berhubungan jarak jauh hingga kini. Dan yang membuatku salut dengannya, dia selalu menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku. Tak sempat aku membalas SMS darinya tiba tiba, aku dikagetkan oleh suara menderu dari belakangku. Dan ternyata suara itu adanya dari Papa, Mama dan adik- adikku tersayang.
“HBD ya kakakku tercantik,, happy brithday ya kakakkku “,,, serentak adik-adikku menderu.
Kemudian  Papa dan Mama memelukku erat seraya berkata “Selamat ulang tahun ya sayang”
“makasih ya Ma, Pa, dan tentunya buat dedek- dedekku sayang. makasih buat surprise kecil kecilannya, Melani pikir tadi orang Mama sama Papa sudahh,,, tiba tiba Melda menghampiriku dan berkata” lupa yaa ???” ya ampun kakak .. mana mungkin dong kami lupa sama ulang tahun kakak, ya enggaklah ya kan ma, ya kan pa ….
Papa dan mama tersenyum kecil menatapku. Hmm okey sampai disini sedih-sedihannya sekarang kita mikir mau kemana ni ,, gak mungkin dong kita merayakan ultah kak Melani hanya dirumah ajah ,, iyakan kak? “celetuk adikku Melda.
Pastinya dong dek ,,

Papa sudah tau itu, gimana kalau kita makan malam diluar, gimana?
Wah boleh juga tuh yaudah kalau gitu siap siap yukk…… “seraya adikku Melda meramaikan suasana.
Sesampainya tiba di rumah makan, aku dan ketiga adikku pun memesan makanan favoritenya masing-masing. Hal yang paling membahagiakanku adalah di saat aku dipermintakan oleh seseorang lelaki misterius dari arah balik panggung seni suara yang ada di rumah makan itu, aku di permintakan menyanyikan lagu yang kusukai di depan para pengunjung yang ada.Aku tersentak malu, seolah darahku berhenti seketika. Tapi tiba tiba aku di dorong paksa oleh adikku Melda. Dengan perasaan yang bercampur aduk aku mencoba melangkahkan kaki menuju panggung seni itu. Dan aku pun mulai bernyanyi.Di pertengahan aku bernyanyi tiba tiba ada seorang lelaki tampan yang menghampiriku dan memberiku sebuah kado. Sesaat aku terdiam, dan tak memperdulikan nyanyianku lagi.
Tapi tak sempat aku bertegur sapa dengannya dia keburu turun dari atas panggung seni itu. Paaa ada rasa cenat cenut yang kuresapi di setiap dia memandangku. Dan aku tak tahu siapa dia.
Selesai aku bernyanyi aku pun menghampiri keluargaku, dan ternyata lelaki yang memberi kadoku tadi pun tengah asyik duduk di samping adikku Melda sambil bercanda ria, entah apa yang mereka bicarakan sampai – sampai aku datang mereka tak tahu. Hanya karena Mama mengatakan kepadaku begini “ suara anak Mama bagus ya kan Pa ?” ujar Mama seolah telah mengerti dengan perasaanku. Dan Papa hanya tersenyum ria menatapku.
Suaramu bagus Mel, kamu masih seperti yang dulu ya , gak pernah berubah.Aku terkejut mendengar suara itu. Suara itu sama persis dengan suara yang sering ku dengar untuk mengejekku.  Ikbal … dengan lantang aku terkejut dan menghampirinya. Jadi…. Jadi .. kamu yang tadi diatas panggung yang …. Ituu .. kamuuu …
dengan nada yang tak di sangka sangka
“Iya Melani itu aku, Ikbal , teman kecilmu”.
“Ikbal thanks ya kamu udah …,,,”
“ iyaa Mel”,, Ikbal tersenyum ikhlas menatapku. Setelah ada hampir 2 jam kami makan sambil bernyanyi, kami pun segera pulang. Dan Ikbal pun pulang kerumahnya, ternyata Ikbal sekarang telah kembali. Dia kembali sekolah di sekolah yang sama denganku. karena ortunya lagi lagi pindah kedaerah yang sama denganku.
Keesokan paginya , tiada ku sangka tiba-tiba sebuah mobil jazz yang mampir di depan rumahku adalah Ikbal. Dia mengajakku pergi kesekolah sama. Tapi aku tetap menjaga gengsiku. Aku tetap bersikeras menolak ajakannya. Dengan alasan aku lebih biasa naik motor ketimbang mobil. Dengan terkejut aku mendengar suara dari belakangku seraya berkata “gimana kalau kita ajah yang bareng kak”, ternyata dia adikku Melda.
“Boleh …,” Ikbal berseru riang. Hufff  ada rasa kecewa yang kurasakan sekaligus cemburu yang menguras hati, tak sadarku ternyata aku telah jatuh hati kepada teman kecilku dulu.

Sesampainya di sekolah aku melihat dengan mata dan kepalaku sendiri. Melda adikku sendiri bersama Ikbal main dan bercanda ria bersama.inginku menghampiri, tapi ada rasa enggan di hati ini. Bel sekolah pertanda pulang pun berseru kencang dan tiba-tiba aku melihat ada sebuah SMS yang tak ku kenal menyuruhku untuk datang ke bawah pohon rindang yang ada di belakang sekolahku. Terus terang aku paling gak suka dengan  Nomor baru, dengan cueknya aku pun tidak menggubris SMS itu. Tapi SMS itu selalu saja datang setiap menitnya.Dengan rasa jengkel sekaligus penasaran aku pun mulai menghampirinya . Dan tiada terduga SMS itu berasal dari orang yang kusukai sendiri, ya dia Ikbal. Aku tahu apa maksud dari tujuannya itu. Dengan hati yang berdegup kencang aku mendekatinya seraya berkata “Ikbal.. kamu ?? apa yang kamu lakukan disini??? “
Dengan penuh pesona raut wajah itu pun seolah berbicara denganku dan berkata, “Mel, aku suka denganmu… Aku tahu ini terlalu cepat untukku ungkapkan setelah beberapa lama kita dipisahkan dan bertemu lagi. Tapi aku maunya kamu tahu, kalau selama ini aku telah memendam rasa kepadamu, dan aku berjanji di ulang tahunmu yang ke 18 aku akan mengungkapkan kata itu.
“Ya sebenarnya aku ingin ungkapkan itu semalam. Tapi setelah aku melihat kau lelah bernyanyi aku memutuskannya untuk mengatakan hal itu besok, Jadi apa kau mau menerimaku menjadi separuh dari hatimu?” Dengan suara yang mendayu dayu mencoba meyakinkan aku.Dan tak sempat aku berpikir untuk kedua kalinya aku pun menjawab
“iya, aku mau, aku mau menjadi setengah dari hatimu Ikbal”, mulai saat itu aku dan Ikbal pun jadian hingga kini.
Sebelumnya aku telah berfikir kalau aku akan dijadikan cara untuk mendekati adikku Melda , Tapi ternyata tidak.impianku selama ini mendapatkan separuh hatinya telah terwujud.


Tentang Penulis
Nama                 
: Melani syaifitri
Nomor induk       : 11129
Kelas                   :  XII IPA 1 SMA N 1 P. Sidempuan
 
Hy Namaku Melani…. aku dari Padangsidempuan.
singkatnya ajah ya, jujur aku sangat suka dengan diadakannya acara ini, soalnya
ni ya aku senang bisa berkarya dan bisa melihatkan karyaku didepan publik.soal Cerpen ini , mengapa aku mengangakat tema ini, yap itu karena 100% dari Cerpen yang kuangkat ini adalah kisahku sendiri yang kuangkat menjadi sebuah cerita pendek yang menelusuri sejarah kehidupanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar